Minggu, 07 Oktober 2012

Kisah Tan Nunggal dan Bujang Nadi Dare Nandung


Pada zaman dahulu ketika keturunan Sultan sedang pergi berburu ke hutan, ketika sedang asik berburu tetapi bukan buruan yang didapatkan, tiba-tiba rombongan dikejutkan dengan tangisan suara bayi. Semua rombongan berpikir” di hutan belantara seperti ini dari mana asal suara tangisan bayi tersebut” ujar keturunan Sultan tersebut. Keturunan Sultan tersebut langsung memberikan perintah kepada seluruh prajurit yang ikut berburu untuk mencari dari mana suara bayi berasal. Setelah sekian lama mencari ternyata suara bayi tersebut berasal dari rumpun bambu, prajurit langsung diperintah untuk menebang pohon bambu tersebut, tanpa di duga dan di sangka semua rombongan di kejutkan dengan kehadiran seorang bayi yang berasal dari salah satu ruas pahon bambu. Tanpa pikir panjang, di dampingi dengan perasaan panik keturunan Sultan yang memimpin kegiatan berburu langsung memberikan perintah kepada seluruh anak buahnya untuk membawa bayi yang ditemukan di dalam bambu tersebut di bawa ke Istana untuk di temukan dengan Sultan Sambas. Secara kebetulan Sultan Sambas juga belum mempunyai anak, jadi bayi yang di temukan di hutan tadi langsung di angkat oleh Suultan Sambas untuk menjadi anaknya dan di beri nama TanNunggal. Mengapa bayi yang di temukan di dalam rumpun bambu tersebut diberi nama TanNunggal?????

Pada zaman dahulu setiap keturunan Sultan pasti di panggil dengan sebutan “Tan”, kebetulan bayi yang di temukan di dalam rumpun bambu tersebut memiliki gigi yang aneh kalau di bandingkan dengan manusia biasa atau manusia normal. Dari rahang kiri sampai rahang kanan gigi bayi tersebut menyatu seolah-olah hanya memiliki satu gigi atau sering di sebut dengan gigi tunggal, padahal kalau manusia biasa giginya tidak mungkin menyatu atau terdiri dari beberapa buah gigi, sehingga bayi tersebut di beri nam TanNunggal.



TanNunggal dibesarkan di lingkungan istana Sambas layaknya seperti anak sendiri, sehingga TanNunggal menjadi tumbuh dewasa dengan gagah berani dan dipercaya akan menggantikan posisi bapaknya (sultan Sambas) memimpin kerajaan Sambas. Pada saat TanNunggal memerintah kerajaan Sambas dia menyunting rakyat biasa menjadi istrinya dan dikaruniai dua orang anak, yaitu laki-laki dan perempuan, yang laki-laki diberi nama Nadi dan yang perempuan diberi nama Nandong. Dalam kebiasaan masyarakat Sambas biasanya anak laki-laki sering dipanggil dengan sebutan Bujang dan yang perempuan dipanggil dengan sebutan Dare, maka jelaslah anak tersebut dipanggil dengan Bujang Nadi dan Dare Nandong. Pada saat TanNunggal berkuasa di Sambas, raja TanNunggal terkenal dengan raja yang kejam karena sifatnya yang sombong dengan rakyat. Dia memimpin dengan sewenang-wenang, apa yang ia katakan dan semua keinginannya harus dilaksanakan walaupun hal tersebut dibenci oleh rakyat Sambas, banyak hal yang terjadi sehingga TanNunggal dikatakan raja yang kejam dan zalim. Pernah pada suatu saat rakyat Sambas digemparkan dengan kejadian yang sangat mengejutkan sampai-sampai TanNunggal dikatakan manusia setengah siluman. Pada saat ia memimpin TanNuanggal paling senang makan sambal asam, pada hari itu tukang masak kerajaan atau tukang buat sambal asam terlambat membuat sambal asam, sedangkan jam makan siang TanNunggal sudah sebentar lagi, jadi si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam untuk TanNunggal sedangkan dia sudah tahu bahwa TanNunggal tidak mau memakan tanpa sambal asam bahkan TanNunggal bisa marah, begitu takut dimarah TanNunggal si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam sampai-sampai jari kelingkingnya teriris lalu darahnya menetes ke dalam sambal asam yang dibuat tadi, karena waktu yang sudah sangat singkat lalu si tukang masak itu langsung mengaduk darah yang menetes tadi ke dalam sambal asam yang ia buat karena ia berpikir tidak sempat lagi membuat sambal asam yang baru. Sambal asam tersebut langsung disajikan di meja makan TanNunggal, begitu memakan sambal tersebut TanNunggal sangat kenyamanan dia berpikir “Mengapa ya sambal asam pada hari ini sangat enak berbeda dengan hari biasanya”. Lalu TanNunggal bertanya kepada si tukang masak. Si tukang masak pun tidak berani untuk berbohong, ia menceritakan bahwa sambal asam itu sudah bercampur dengan darahnya sendiri. Semenjak kejadian itu TanNunggal memerintahkan kepada tukang masak setiap kali membuat sambal asam harus dicampur dengan darah manusia.

Kembali ke cerita Bujang Nadi dan Dare Nandong, pada masa hidupnya Bujang Nadi sangat suka memelihara ayam jago dan Dare Nandong paling suka untuk menenun kain sampai-sampai dia pernah mendapatkan hadiah berupa mesin tenun yang berlapis emas, tiap hari Bujang Nadi dan Dare Nandong hanya diperbolehkan bermain berdua saja melainkan hanya berteman dengan ayam jago dan alat tenun milik Dare Nandong karena TanNunggal sangat membenci mereka jika dia berteman dengan rakyat biasa. Pada suatu kejadian, ketika Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik barmain di taman istana tanpa sadar mereka di intip oleh seorang pengawal istana, tepat pada saat itu Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik bercerita tentang perkawinan.

Bujang Nadi : dik, jika kamu ingin mencari pasangan hidup. Pasangan hidup seperti apa yang kamu idamkan?
Dare Nandong : adik sangat mengharapakan, nanti calon suami adik mirip dangan abang, baik itu dari segi gantengnya, gagahnya, dan sikapnya harus seperti abang. Sedangkan abang, istri seperti apa yang abang inginkan?
Bujang Nadi : abang juga berkehendak demikian, abang sangat mengharapkan istri abang nantinya seperti adik cantiknya dan tentunya hati istri abang juga seperti adik lembutnya.

Mendengar percakapan kakak adik tersebut pengawal kerajaan yang sedang mengintip tadi salah artikan, dia berpikir kakak adik tersebut ingin melakukan perkawinan sedarah, tanpa berpikir panjang sang pengawal kerajaan itu langsung melaporkan kejadian tersebut kepada TanNunggal. Raja TanNunggal sangat terkejut, dia sangat malu dengan kejadian itu, sebelum anaknya berbuat hal yang dapat merusak citra atau nama baik kerajaan Sambas bahkan dapat memberikan aib bagi kerajaan, padahal apa yang iya dengar semuanya salah belaka. TanNunggal langsung memerintahkan kepada prajuritnya untuk mengubur kedua anaknya yaitu Bujang Nadi dan Dare Nandong beserta dengan ayam jago milik Bujang Nadi dan mesin tenun milik Dare Nandong. Kemudaian kedua kakak adik tersebut di kubur hidup-hidup di daerah Sebedang Kecamatan Tebas tentunya masih di Kabupaten Sambas. Konon katanya masyarakat setempat sampai pada saat ini masih percaya bahwa kuburan tersebut sangat angker karena setiap malam jumat sering mendengar kokokan suara ayam jantan yang berasal dari kuburan Bujang Nadi dan Dare Nandong yang di kubur dalam satu makam, bahkan kadang-kadang terdengar suara orang sedang menenun kain yang juga berasal dari kuburan tersebut yang di duga milik Dare Nandong.
dikutip dari :
Pencerita : M. Alwi

Danau Sebedang
Lokasi pemakaman Bujang Nadi dan Dare Nandong
danau ini dimitoskan sering muncul buaya putih (bahasa sambasnya : Jallu Putteh) sebagai penjelmaan dari Bujang Nadi dan Dare Nandong
Exspedisi sejarah mencari kuburan bujang nadi dan dare nandong di ceritakan beberapa kali pernah dilakukan akan tetapi tidak membuahkan hasil, pernah juga diceritakan bahwa lokasi makamnya telah ditemukan dan digali akan tetapi dan saat tong mayat baru kelihatan dari dalam tanah tiba-tiba cuaca berubah, halilintar sambar-menyambar di siang bolong dalam cuaca yang terang benderang tidak lama kemudian hujan ribut turun seketika dengan ganasnya seperti orang mengamuk.

MISTERI BATU LAPPAK DAN BATU CANGGAR DI PANTAI JAWAI ( PANTAI PUTRI SERAYI )

       Pantai Jawai, tentu tidak asing lagi di telinga masyarakat Kalbar pada umumnya serta masyarakat Sambas pada khususnya. Pantai yang mempunyai pesona alam yang sangat indah dengan pantai berpasir putih yang halus, ditambah dengan bukit serta batuan sehingga membuat sejuk suasana mata memandang.
        Pantai Jawai atau yang di sebut juga Pantai Putri Serayi biasanya ramai di kunjungi pada hari minggu, serta hari-hari besar lainnya seperti hari Lebaran. Biasanya pantai jawai juga sering dikunjungi oleh anak-anak sekolah untuk mengisi liburan setelah menempuh ujian semester dan cocok untuk camping.
         Untuk menuju pantai ini, jika dari pusat kota sambas menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 1 jam 30 menit. Ini di karenakan dalam waktu ini jalan masuk menuju pantai masih dalam proses perbaikan, jadi agak menghambat perjalanan. Tapi tenang saja, biar perjalanan agak terhambat, pasti bakalan tidak akan kecewa setelah sampai di pantai ini, di karenakan pemandangan yang sangat menawan, sehinggar rasa capek hilang dalam sekejap.
Mungkin bagi sebagian orang sudah tidak asing dengan pemandangan Pantai Jawai seperti gambar berikut :



        Tapi tahukah kamu sebenarnya masih banyak pemandangan-pemandangan yang tersembunyi yang jarang dilihat oleh pengunjung pantai ini. Salah satunya adalah Batu Lappak dan Batu Canggar, karena batu ini letaknya agak di belakang bukit dan di pantai yang satunya. Jadi agak kurang terjamah oleh orang.
Apasih sebenarnya BATU LAPPAK itu ? menurut admin yang melihat secara langsung, batu itu menjulang tinggi sekitar 7 meter dari permukaan darat, dan diatasnya ada semacam lappak yang sangat besar, sekitar 25 kali lipat besarnya dari lappak manusia normal. Berikut gambarnya :



Entah itu lappak benaran atau proses alam, hanya Allah yang tahu.





        Dan yang satunya lagi adalah BATU CANGGAR, mengapa dikatakan Batu Cangar?, Menurut Admin yang pernah admin dengar, batu itu di bilang batu canggar karena bentuknya yang menjulang keatas sekitar 7 meter juga berada di dekat batu lappak dan menyerupai canggar?? Tidak dapat admin jelaskan, karena admin juga kurang tau dengan ceritanya. Mungkin yang pembaca tau. Dan berikut batunya :








BERIKUT ADALAH FOTO-FOTO DI LOKASI BATU LAPPAK DAN BATU CANGGAR :










BERKELANA DI KOTA LELEMBUT (Oleh: Bayu Indrayanto)

lelembut
ilustrasi
Gunung Kawi yang terletak di sebelah barat Kota Malang di Jawa Timur selama ini terkenal dengan mitos pesugihannya. Makam keramat Eyang Jugo ini menjadi tempat persinggahan para peziarah yang datang dari berbagai kota di penjuru tanah air. Bahkan dari luar negeri banyak yang berziarah dan ngalap berkah di makam ulama yang konon merupakan pengikut Pangeran Diponegoro tersebut.
Selama ini orang mengenal Gunung Kawi sebagai tempat keramat yang cocok untuk menjalankan ritual yang berhubungan dengan masalah rezeki maupun usaha dan perdagangan. Sehingga tak heran kalau kebanyakan peziarah yang datang didominasi oleh para warga keturunan. Namun dibalik kekeramatan Gunung Kawi sebagai tempat wisata ziarah, ternyata terdapat hal lain yang merupakan misteri dari keunikan Gunung Kawi seperti pengalaman yang dialami oleh Murjiono dan teman-temannya dari kota Surabaya.
Waktu malam Jumat Legi merupakan malam yang menjadi puncak keramaian para peziarah yang datang di Gunung Kawi. Para peziarah sejak sore memadati kompleks pemakaman Eyang Jugo nampak silih berganti berdatangan dan berpindah tempat dari lokasi makam kemudian ke lokasi air keramat yang ada di belakang lokasi makam. Kemudian para peziarah tersebut juga hilir mudik di bawah pohon dewandaru yang merupakan pohon keramat di lokasi tersebut.
Demikian pula halnya dengan Murjiono dengan teman-temannya yang datang dari Surabaya. Mereka bertiga Yudi, Haryono serta Murjiono merupakan tiga sahabat yang berusaha dalam jual beli computer dan spare partnya. Haryono dan Yudi tiap malam Jumat Legi selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke Gunung Kawi. Lain dengan Murjiono, kedatangannya ke Gunung Kawi ini merupakan pertama kalinya. Lain dengan kedua temannya yang memang datang dengan niatan untuk berziarah, Murjiono datang dengan niat untuk refresing serta mencari hiburan. Selama ini ia selalu mendengar tentang Gunung Kawi selain terkenal mitos gaibnya tapi juga penuh dengan pendatang yang kebanyakan amoi-amoi cantik. Ini merupakan kesempatan untuk menikmati kehangatan Gunung Kawi begitu celotehnya waktu diajak oleh kedua temannya untuk berangkat.
Karena kesal menunggu kedua temannya yang masih harus antri untuk bisa datang di depan makam, Murjiono memutuskan untuk menunggu di luar makam. Ia kemudian berjalan menuju lokasi ciamsi yang terletak di depan bekas tempat peribadatan yang pernah terbakar. Sifat mata keranjangnya mulai timbul manakala melihat seorang gadis keturunan yang sibuk melakukan ciamsi untuk mengetahui peruntungan nasibnya.
Tanpa sadar ia pun ikut-ikutan melakukan ciamsi.
“Nomor 13,” ucap sang pemandu waktu melihat batang bambu Murjiono keluar.
Sang pemandu dari ritual ciamsi tersebut kemudian memberikan kertas bertuliskan ramalan tersebut dengan kening sedikit berkerut.
“Hati-hati, Mas. Dan perbanyak doa agar terhindar dari musibah,” ucapnya seraya memberikan kertas tersebut kepada Murjiono.
Sekilas Murjiono membaca kertas ciamsi tersebut. Waktu melihat kata-kata ramalan tersebut mulutnya tersenyum sinis. “Ada-ada saja.”
Kertas tulisan tersebut kemudian dibuangnya tanpa menghiraukan pandangan prihatin dari sang pemandu.
“Gara-gara ciamsi tadi aku kehilangan gadis yang aku buru,”omelnya pelan. Matanya berkeliaran mencari gadis yang dimaksud. Tak dihiraukannya kertas ciamsi yang bertuliskan “Hati-hati dalam melangkah. Petaka datang membayang. Perbanyak doa agar balak menjauh.”
Karena merasa kesal kehilangan buruannya Murijono kemudian kembali ke kompleks makam. Perjalanan yang jauh dari Surabaya membuatnya merasa mengantuk.
“Aku beristirahat dulu di bawah pohon itu saja,”  ia kemudian melangkah ke arah pendopo di samping makam tempat pohon dewandaru berada.
“Dasar kurang pekerjaan orang-orang ini,” gumannya waktu dilihatnya orang-orang yang duduk di bawah pohon tersebut. “Apa mungkin dengan kejatuhan ranting atau daun pohon ini terus rejeki akan lancar,” ia kembali mengomel melihat para peziarah yang khusuk di bawah pohon tersebut.
Di Gunung Kawi ada semacam kepercayaan mereka yang berziarah lalu bisa membawa buah, ranting ataupun daun yang terjatuh dari pohon peninggalan Eyang Jugo tersebut maka keberuntungannya akan berubah. Seperti halnya yang dialami seorang konglomerat, yang berubah menjadi kaya karena berhasil mendapatkan buah dewandaru.
Dengan sinis, Murjiono menggoyang-goyang pohon tersebut. “Lho jatuh semua daunnya,“ kata dia sambil tangannya menunjuk ke arah daun yang berguguran karena pohon tersebut diguncang-guncang dengan kedua tangannya.
Tiba-tiba ulahnya berhenti manakala melihat pandangan mata marah dari mereka yang berziarah di bawah lokasi pohon tersebut.
“Wah bisa dipukuli orang banyak aku,” kekehnya tanpa menghiraukan pandangan marah dari mereka yang menatapnya. Ia kemudian duduk di serambi pendopo.
Setelah berapa lama ia merasa mengantuk dan tertidur. Dalam tidurnya tersebut, ia merasa dibangunkan oleh seseorang. Pundaknya diguncang-guncang. Spontan Murjiono membuka matanya, mulutnya tersenyum simpul waktu dilihatnya yang memegang pundaknya tersebut adalah amoi cantik yang ingin diajaknya kenalan waktu ciamsi tadi.
“Bangun, Mas,” tegur gadis itu pelan.
Belum sempat Murjiono menjawab gadis tadi menggamit tangannya. “Antarkan aku jalan-jalan,” ucapnya lagi.
Murjiono bergegas bangkit pandangan matanya terus tertuju pada gadis berkulit putih dan bertubuh montok yang ada di hadapannya.
Tanpa sadar ia mengiyakan gadis tersebut dan kemudian mengikutinya. Mereka berjalan menembus keramaian malam. Yang dilihatnya sekarang adalah bangunan-bangunan megah, entah kompleks pertokoan atau perbelanjaan yang penuh dengan para pengunjung yang hilir mudik. Namun yang mengherankan semua penghuni atau mereka yang ada, memakai pakaian Jawa kuno. Sementara di sepanjang jalan raya yang membentang lurus tampak mobil maupun kendaraan dengan berbagai merk berjalan melintas kesana kemari. Baik pengemudi maupun mereka yang berbelanja dan melintas memakai pakaian tradisonal. Yang perempuan berkebaya.  Ada juga yang memakai pakaian cina kuno mirip seperti gadis di sampingnya yang mengaku bernama Ling Ling.
“Berada dimana aku?” bisiknya kepada gadis tersebut .
“Di Gunung Kawi,” jawab sang gadis dengan manjanya.
Murjiono seolah terhipnotis dengan kecantikan gadis tersebut. Ia tidak memikirkan hal-hal yang dirasanya aneh tersebut. Dalam benaknya, kota yang besar dan segala fasilitas layaknya Jakarta tersebut memang sudah ada di Gunung Kawi.
.“Ke kafe yuk,” ajak gadis tersebut ke sebuah tempat penuh dengan lampu warna-warni serta suara musik yang hingar bingar.
Ia kemudian melangkah bersama Ling Ling arah kafe yang dimaksud. Di dalam kafe tersebut ia kemudian mengikuti gerakan Ling-ling yang mulai bergoyang mengikuti irama musik yang ada. Lama mereka bergoyang sambil sesekali berpelukan.
Namun tiba-tiba terdengar suara dengusan marah disampingnya. “Dia adalah manusia, bukan dari golongan kita!”
Seorang berbadan tinggi besar berpakaian prajurit dengan membawa tombak yang terhunus kelihatan menunjuk ke arah Murjiono. Namun Murjiono hanya diam terpaku. Ia baru menjerit dan melepaskan pegangan tangannya waktu dilihatnya tubuh mulus Ling Ling yang dipeluknya berubah menjadi bersisik seperti kulit ikan. Matanya melotot seperti mata ikan koki.
Namun ia kembali terdiam manakala orang bertinggi besar yang meneriakinya tadi menyuruh anak buah yang di belakangnya untuk meringkus Murjiono.
Murjiono tak berkutik, manakala ia diseret oleh ketiga orang tersebut. Jalan raya yang tadinya penuh dengan orang-orang hilir mudik, kini penuh dengan berbagai makhluk yang berpenampilan aneh. Ada yang bermata satu, ada juga yang bertanduk. Bahkan ada perempuan berkepala manusia tapi bertubuh kuda. Makhluk-makhluk yang berkeliaran tersebut semakin aneh, sebab ada yang naik mobil. Bahkan ada berjualan di kakilima dengan fissik mereka yang aneh.
Murjiono ketakutan melihat hal tersebut. Ia kemudian dibawa menghadap ke arah sebuah bangunan besar yang menyerupai  istana. Lalu ia dihadapkan kepada seseorang yang berpakaian mirip raja, namun berbentuk aneh. Kepalanya bertanduk dua, sementara mulutnya penuh dengan taring runcing.
Ia kemudian diseret, setelah orang yang dipanggil raja tersebut memutuskan hukuman. Murjiono di bawa ke penjara. Namun ia kembali menjerit-jerit ketakutan manakala melihat pemandangan aneh dari penjara tersebut. Tampak anggota tubuh manusia yang bergelantungan karena dipotong tangannya, kakinya, bahkan kepalanya. Tubuh yang terpotong-potong itu bergoyang-goyang ketika terkena angin.
Murjiono semakin ketakutan manakala melihat sang algojo yang  berjalan menghampirinya sambil membawa golok. Bersiap-siap memotong-motong anggota tubuhnya. Selanjutnya Murjiono tidak ingat apa-apa lagi.
Tahu-tahu didengarnya suara seseorang. “Beruntunglah ia masih bisa ditolong,” ucap orang tua yang duduk di sampingnya.
“Dimana aku?” teriaknya waktu dilihatnya Yudi dan Haryono tampak duduk di sebelahnya.
Setelah berapa lama, orang tua tersebut menerangkan kepada Murjiono bahwa tingkah laku Murjiono yang iseng dengan menggoyang-goyang pohon dewandaru ternyata telah mengundang para lelembut yang ada di kawasan Gunung Kawi merasa terusik. Ia kemudian terbawa ke alam mereka. Ia dibawa jauh sampai ke puncak Gunung Kawi yang masih berupa hutan lebat dan merupakan pusat lelembut di Gunung Kawi. Beruntung tubuhnya yang tergolek lemah berhasil ditemukan pencari kayu. Dengan bantuan orang pintar nyawa Murjiono berhasil diselamatkan dari ancaman lelembut Gunung Kawi.
Dimuat MISTERI | Edisi 532 2012 |

Cara Alami Bangkitkan Tenaga Dalam




cahayanursejati41@yahoo.com

Sebagai manusia biasa kita pasti keheranan melihat para praktisi,pendekar silat,Karate,Taekwoendo dll,memecah Balok es,memapatahkan lempengan besi dragon,kikir,serta Bata dengan tumpukan yang banyak,pertanyaan itu juga yang tersirat dalam fikiran saya dulu waktu saya masih SD yang belum tau tentang Tenaga(power)yang ada dalam tubuh kita.

Pada dasarnya manusia mempunyai kekuatan yang ada didalam tubuhnya yang dibangkitkan/diaktifkan melalui metode pernafasan dan dengan olah gerak tubuh,tetapi kebanyakan kita tidak tau caranya,Namun perlu kita ketahui bahwa pada saat kita melakukan latihan pernafasan dengan tubuh mengejang sebenarnya juga melatih kekuatan otot baik otot dipergelangan kaki maupun tangan.

Saya akan jelaskan sedikit cara melatih tubuh kita melalui olah nafas dan olah tubuh:
1.Lakukanlah Push-up 50 hitungan sambil menahan napas pada waktu kita pus-up,hitunglah misalkan hari ini kita mampu hanya melakukan sepuluh 10x,besok lagi kita coba meningkatkan hitungan kita hingga mampu melakukanya sebanyak 50x pus-up.Lakukanlah setiap Pagi setelah bangun tidur dan sorenya juga.
2.Lakukan Sit-up seperti yang tertulis di no,1

dan apabila kita sudah terbiasa melakukanya maka setiap gerakan kita pasti mempunyai kekuatan yang cukup merobohkan orang lain dengan hanya sekali tinjuan atau pukulan saja,maka dari itu jangan disalah gunakan dan untuk melatih kekuatan selanjutnya yaitu  bagi yang berminat silakan tinggalkan pesan atau hubungi saya lansung.@


Perbedaan BULUH dan BULU perindu






 BULUH Perindu
 Dalam bahasa melayu khususnya daerah Kalimantan Barat kota Pontianak,Buluh bermakna BAMBU,sedangkan Perindu artinya Dapat membuat orang menjadi Rindu,ada juga jenis bambu/buluh perindu yang tumbuh kecil yaitu dengan pohon tunggal dan kecil,tanaman ini biasanya terdapat disemak2 rimbunan pohon bambu besar atau dibukit yang menjulang tinggi dan banyak bebatuan bambu ini biasanya suka tumbuh.bambu ini akan bergerak-gerak walaupun tidak ditiup angin.bambu/buluh ini tidak lah mudah ditemui atau dicari kecuali keberuntungan atau jodoh bisa menemukanya ia berada dan biasanya bambu/buluh perindu ini dijaga oleh bangsa mahluk halus yaitu hantu Kuntilanak dan biasanya juga menyerupai ular hitam Tedong(Tedong adalah sebutan nama ular,yaitu bahasa pontianak).Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengambilnya alias mempunyai kemampuan suprantural untuk mendapatkanya.

Sedangkan Bulu Perindu yang biasanya dibesar-besarkan paranormal,berbentuk seperti sapu ijuk,atau lebih gampangnya kita liat aja warna rambut seperti itulah bulu perindu tetapi ada juga warnanya yang keemas-emasan da juga yang kemerah-merahan.Bulu perindu ini adalah tanaman merupakan perdu jenis rerumputan liar yang merupakan tumbuhan semak.Bulu perindu yang didapatkan dari rerumputan ini biasanya yang mempunyai kekuatan atau energi gaib biasanya ada didalam sangkar burung elang,karna burung elang sangat suka sekali mengambil rerumputan ini untuk dijadeikan sarangnya.Sedangkan menurut masyarakat Dayak Kalimantan Barat khususnya Daerah kapuas Hulu mereka mengatakan kalaulah Buluh Perindu yang Asli sebenarnya terdapat Bulu yang ada diatas paruh Burungg Pungguk Merindukan Bulan istilah orang Kalimantan Barat menyebutkanya yang terdapat dibukit kapuas Hulu dan hanya mereka yang berhati bersih bisa mendapatnya atau berjumpa bulu tersebut.